Saat Pancaroba Tiba, Kenapa Tubuh Kita Sering ‘Protes’?

Musim pancaroba, periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya, kerap menjadi momok bagi kesehatan. Fenomena alam ini membawa perubahan drastis pada suhu dan kelembapan udara, sehingga tubuh manusia harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang fluktuatif. Tidak heran jika banyak orang tiba-tiba merasa lemas, terserang flu, atau penyakit lainnya. Perubahan suhu yang tiba-tiba memaksa sistem imun bekerja ekstra keras, dan bagi sebagian orang yang daya tahan tubuhnya sedang menurun, serangan penyakit menjadi lebih mudah terjadi.

Selain faktor suhu, perubahan kelembapan juga memengaruhi pertumbuhan virus dan bakteri. Udara yang lembap, misalnya, merupakan lingkungan yang ideal bagi virus influenza dan pilek untuk berkembang biak. Di sisi lain, saat udara kering di pagi dan malam hari, saluran pernapasan manusia lebih mudah iritasi, sehingga risiko terserang batuk dan radang tenggorokan meningkat. Kondisi ini diperparah oleh pergeseran pola tidur dan aktivitas yang sering terjadi saat orang beradaptasi dengan cuaca yang tidak menentu. Kurang tidur, stres, dan pola makan yang tidak seimbang selama masa peralihan ini ikut menurunkan daya tahan tubuh, sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

Tidak hanya penyakit ringan seperti flu dan batuk, musim pancaroba juga meningkatkan risiko penyakit yang lebih serius. Infeksi saluran pernapasan atas dapat berkembang menjadi pneumonia bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta, seperti asma atau diabetes. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum optimal atau sudah menurun. Tak jarang, rumah sakit dan puskesmas dipenuhi pasien yang datang dengan keluhan demam, pilek, hingga sesak napas. Fenomena ini menegaskan bahwa tubuh manusia tidak selalu siap menghadapi fluktuasi cuaca secara tiba-tiba.

Pencegahan menjadi kunci utama dalam menghadapi musim pancaroba. Dokter dan ahli kesehatan menyarankan agar masyarakat meningkatkan asupan gizi, cukup beristirahat, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Mengonsumsi makanan kaya vitamin C dan menjaga hidrasi tubuh menjadi langkah sederhana namun efektif dalam memperkuat sistem imun. Di sisi lain, mengenakan pakaian yang sesuai dengan suhu dan kelembapan, serta menghindari perubahan suhu ekstrem secara mendadak, dapat membantu tubuh beradaptasi lebih baik. Vaksinasi flu juga dianjurkan bagi kelompok rentan untuk meminimalkan risiko infeksi serius.

Musim pancaroba memang tak bisa dihindari, namun dengan kesadaran dan langkah-langkah preventif, tubuh bisa tetap sehat dan bugar. Perubahan cuaca yang cepat bukan hanya soal hujan atau panas; ia adalah ujian bagi daya tahan tubuh manusia. Dengan memperhatikan pola hidup sehat, menjaga kebersihan, serta melakukan deteksi dini terhadap gejala penyakit, masyarakat dapat melewati masa peralihan ini tanpa harus jatuh sakit. Akhirnya, memahami dinamika musim pancaroba berarti juga memahami kebutuhan tubuh kita untuk lebih adaptif, waspada, dan peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Humas RSPAU

 

Tags: Berita

Humas RSPAU

Humas memiliki tugas untuk menyebarkan informasi antara individu atau organisasi dan masyarakat baik melalui sosial media, website atau media apapun.

Komentar
Tinggalkan Komentar