Air Minum Layak Belum Tentu Aman, Ini Penjelasannya

Air adalah kebutuhan paling dasar bagi kehidupan kita. Setiap hari, tubuh membutuhkan cairan untuk tetap sehat, menjaga energi, dan mendukung berbagai fungsi organ. Bayangkan saja, tubuh kita sebagian besar terdiri dari air, dan setiap sistem—mulai dari pencernaan, peredaran darah, hingga otak—bergantung pada cairan ini untuk bekerja dengan baik.

Tapi tahukah kita? Tidak semua air yang terlihat bersih itu aman untuk diminum. Banyak orang berpikir, “Kalau airnya jernih, pasti aman.” Pandangan ini wajar karena secara visual, air jernih memang terlihat tidak berbahaya. Namun kenyataannya, air yang bening bisa saja mengandung kuman, virus, atau zat kimia berbahaya yang tidak terlihat mata, tidak berbau, dan tidak berasa. Karena terlihat normal, sering kali kita lengah dan merasa aman.

Dampak dari mengonsumsi air yang tidak aman bisa sangat beragam. Mulai dari diare ringan, sakit perut, hingga penyakit serius. Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Kondisi ini dapat mengganggu pertumbuhan dan daya tahan tubuh mereka. Pada orang dewasa, air yang tidak aman bisa membuat kita sakit, menurunkan produktivitas, dan mengganggu kualitas hidup sehari-hari. Bahkan, dalam jangka panjang, paparan zat kimia tertentu dalam air bisa menimbulkan risiko kesehatan yang lebih serius.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara air “layak” dan air “aman”. Air layak biasanya hanya dinilai dari fisiknya: jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Sedangkan air aman berarti air tersebut bebas dari mikroorganisme berbahaya dan zat kimia yang dapat merusak tubuh. Dengan kata lain, air yang aman benar-benar bisa dikonsumsi tanpa menimbulkan risiko kesehatan.

Langkah sederhana yang bisa dilakukan setiap orang adalah dengan merebus air sebelum diminum. Perebusan adalah metode yang paling mudah dan efektif untuk membunuh sebagian besar kuman, bakteri, dan virus yang mungkin terkandung di dalam air. Cukup didihkan air selama 3–5 menit, lalu biarkan dingin sebelum diminum. Meski terlihat sederhana, kebiasaan ini dapat menurunkan risiko penyakit yang bersumber dari air secara signifikan.

Selain merebus, air minum kemasan bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin praktis. Namun, kualitas air kemasan juga harus diperhatikan. Pastikan kemasan memiliki izin edar resmi dan disimpan di tempat sejuk. Kemasan yang rusak, bocor, atau tersimpan di tempat panas bisa memengaruhi kualitas air dan bahkan menimbulkan risiko kesehatan baru.

Tidak kalah penting, kebersihan wadah air di rumah juga perlu diperhatikan. Kadang kita merasa air sudah bersih, tapi wadah penyimpanan yang kotor justru menjadi sumber kontaminasi. Cuci wadah secara rutin 

Tags: Berita

Humas RSPAU

Humas memiliki tugas untuk menyebarkan informasi antara individu atau organisasi dan masyarakat baik melalui sosial media, website atau media apapun.

Komentar
Tinggalkan Komentar